Dengan bentang pantai hampir 99.093
kilometer atau terpanjang kedua di dunia dan 70 persen wilayahnya adalah laut,
Indonesia hendak mengukuhkan diri sebagai poros maritim dunia. Potensi ekonomi
yang tersimpan di dalamnya sungguh luar biasa. Badan Pangan dan Pertanian PBB
(Food and Agriculture Organization/FAO) menyebut bahwa Indonesia menempati
peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah Tiongkok dan
India.
Perairan Indonesia juga menyimpan 70
persen potensi minyak karena terdapat sekitar 40 cekungan minyak. Dari potensi
tersebut, sejauh ini baru sekitar 10 persen yang telah dieksploitasi. Belum
lagi kekayaan biota laut yang tak ternilai. FAO bahkan pernah menyebut potensi
ekonomi kelautan di Indonesia bisa mencapai US$ 3-5 triliun.
Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia
sama sekali belum memberdayakan potensi maritim yang dimiliki. Dari hasil
perikanan saja, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pernah mengungkap bahwa
setidaknya Rp 300 triliun hasil laut kita dicuri setiap tahun.
Kita tahu bahwa kekayaan di laut bukan
semata hasil perikanan dan biota laut. Potensi yang bisa diberdayakan dan
dioptimalkan meliputi wisata bahari, industri perkapalan, industri bioteknologi
kelautan, energi kelautan, mineral laut, industri pertahanan, dan berbagai
turunan industri maritim lainnya. Jika ini dikelola dan dikembangkan secara
serius, Indonesia akan menjadi raksasa ekonomi.
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan
poros maritim dunia itu, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tengah menyusun
konsep tol laut. Sasaran utama dari konsep tol laut adalah meningkatkan
konektivitas antarpulau, menggali potensi ekonomi di setiap pulau, serta
memangkas biaya logistik yang saat ini cukup mahal. Saat ini, biaya logistik
masih sekitar 24,5 persen dari produk domestik bruto dan akan dipangkas ke
level 15 persen.
Untuk
mewujudkan tol laut, pemerintah akan mengembangkan dan meng-upgrade 24 pelabuhan agar menjadi pelabuhan
supermodern. Modernisasi pelabuhan diharapkan mampu memangkas waktu bongkar
muat (dwelling time)
dari 6-7 hari menjadi 3 hari. Pemerintah juga akan mengembangkan armada
pelayaran yang ada. Armada pelayaran diharapkan tumbuh dari 10 persen menjadi
30 persen. Selain itu, pemerintah bakal mengembangkan industri galangan kapal
yang tersebar di Batam dan sejumlah pulau. Pemerintah sedang mengkaji sejumlah
insentif untuk mendukung industri galangan kapal nasional tersebut.
Semua target
yang ambisius itu tentu saja tidak semudah membalikkan tangan untuk
menggapainya. Tantangannya sungguh berat mengingat orientasi pembangunan di
Indonesia selama ini cenderung lebih ke darat, bukan laut. Butuh perubahan
paradigma dan pola berpikir (mindset).
Perlu kemauan politis yang kuat dan dukungan seluruh pemangku kepentingan.
Guna mengoptimalkan dan memberdayakan
potensi ekonomi maritim nasional, diperlukan perbaikan infrastruktur laut
secara masif, peningkatan kualitas maupun jumlah sumber daya manusia (SDM),
modernisasi teknologi dan inovasi, serta pendanaan yang berkesinambungan dari APBN.
Optimalisasi potensi ekonomi maritim
juga perlu dukungan dari sisi pertahanan. Kekayaan laut harus benar-benar
dijaga, karena itu dibutuhkan sistem pertahanan dan sistem pengamanan laut yang
kuat. Hal ini penting untuk mencegah penjarahan dan perampokan oleh pihak asing
terhadap kekayaan laut nasional.
Beragam aksi dan kebijakan untuk
mengurangi pencurian kekayaan laut telah ditunjukkan oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti. Mulai dari moratorium izin kapal asing, larangan
alih muatan kapal di tengah laut, larangan penggunaan alat penangkap ikan jenis
tertentu, dan berbagai kebijakan yang membuat mafia laut mati kutu.
Namun, protes terhadap kebijakan
tersebut merebak. Para pengusaha dan cukong menggunakan nelayan sebagai tameng
untuk menentang kebijakan itu. Sebagian anggota DPR juga ikut bermain. Mereka
menuntut berbagai kebijakan tersebut dicabut. Pemerintah tidak boleh mundur
sejengkal pun dan jangan mudah dikelabui.
Perjuangan untuk mewujudkan kejayaan
di sektor maritim sungguh tidak ringan. Tantangan dan perlawanan bukan hanya
bersumber dari dalam negeri, tapi juga dari eksternal. Negara lain tidak akan
rela apabila Indonesia unggul di sektor kemaritiman. Banyak negara yang
berupaya menjegal langkah Indonesia mewujudkan mimpi sebagai poros maritim
dunia.
Sumber: BeritaSatu.com
Sumber: BeritaSatu.com
0 comments:
Post a Comment