Pada dasarnya, tanah merupakan suatu lapisan yang berada di permukaan bumi,
berbentuk padat (tetapi bukan batuan), dengan penyebaran secara horizontal dan
vertikal yang berbeda untuk satu daerah dengan daerah yang lainnya. Tanah
sangat mendukung berbagai aktivitas kehidupan manusia dan organisme lainnya.
dan dapat dikatakan, tanpa adanya tanah, hampir setiap jenis aktivitas
kehidupan manusia akan terganggu.
Pengertian tanah bukanlah hal yang baku.
Definisi tanah akan berbeda antar satu manusia dengan yang lainnya tergantung
oleh profesi dan sejauh mana hubungan manusia tersebut dengan tanah. Bagi
seorang ahli ilmu tanah, tanah adalah suatu lapisan bahan alami yang terbentuk
akibat adanya pengaruh-pengaruh seperti iklim, organisme, batuan induk,
topografi, dan waktu. Adanya perbedaan setiap faktor juga menyebabkan perbedaan
jenis dan karakteristik tanah yang dibentuk.
Pada mulanya, konon, bumi hanya terdiri
dari satu benua yanng disebut “Pangea”. Benua yang hanya satu-satunya ini
kemudian pecah menjadi dua bagian pada sekitar 240 juta tahun yang lalu. Dua
bagian ini disebut benua Laurasia di sebelah utara, dan benua Gondwana di
sebelah selatan.
Seiring dengan berjalannya waktu,
Gondwana lalu pecah lagi menjadi beberapa bagian; salah satunya merupakan cikal
bakal benua Australia yang sekarang. Dari cikal bakal benua Autralia ini
selanjutnya pecah lagi menjadi potongan-potongan kecil yang terombang-ambing
kesana-kemari sebelum akhirnya membentuk pulau Sulawesi pada kira-kira 26 juta
tahun yang lalu.
Sulawesi atau Pulau Sulawesi adalah
sebuah pulau dalam
wilayah Indonesia yang
terletak di antara Pulau Kalimantan disebelah
barat dan Kepulauan Maluku disebelah
timur. Dengan luas wilayah sebesar 174.600 km², Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-11 di dunia. Di Indonesia
hanya luas pulau Sumatera, Kalimantan,
dan pulau Papuasajalah
yang lebih luas wilayahnya daripada pulau Sulawesi, sementara dari segi
populasi hanya pulau Jawa dan Sumatera sajalah
yang lebih besar populasinya daripada Sulawesi.
A.
Sejarah Geomorfologi dan Proses Tektonik
yang Membentuk Pulau Sulawesi
Profesor John A. Katili, ahli geologi
Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi bahwa terjadinya
Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan Sulawesi bagian
Barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh tabrakan antara
lempeng benua yang merupakan fundasi Sulawesi Timur bersama Pulau-Pulau
Banggai dan Sula, yang pada gilirannya merupakan bagian dari lempeng Australia,
dengan Sulawesi Barat yang selempeng dengan pulau-pulau Kalimantan, Jawa dan
Sumatra, Sulawesi menjadi salah satu wilayah geologis paling rumit di dunia.
Perbedaan geomorfologi kedua pulau yang
bertabrakan secara dahsyat itu menciptakan topografi yang bergulung gulung, di
mana satu barisan gunung segera diikuti barisan gunung lain, yang tiba-tiba
dipotong secara hampir tegak lurus oleh barisan gunung lain. Kurang lebih
seperti kalau taplak meja disorong dari beberapa sudut dan arah
sekaligus.Makanya jarang kita bisa mendapatkan pemandangan seperti di Jawa,
Sumatera, atau Kalimantan, di mana gununggunung seperti kerucut dikelilingi
areal persawahan atau hutan sejauh mata memandang. Kecuali di Sulawesi
Selatan (itupun di selatan Kabupaten Enrekang), kita sulit menemukan hamparan
tanah pertanian yang rata.
Sederhananya, Sulawesi adalah pulau
gunung, lembah, dan danau, sementara dataran yang subur, umumnya terdapat di
sekeliling danau-danau yang bertaburan di keempat lengan pulau Sulawesi.
Ekologi yang demikian ikut menimbulkan begitu banyak kelompok etno-linguistik.
Setiap kali satu kelompok menyempal dari kelompok induknya dan berpindah menempati
sebuah lembah atau dataran tinggi di seputar danau, kelompok itu terpisah oleh
suatu benteng alam dari kelompok induknya, dan lewat waktu puluhan atau ratusan
tahun, mengembangkan bahasa sendiri. Geomorfologi yang khas ini menyebabkan
pinggang Sulawesi Tana Luwu dan Tana Toraja di provinsi Sulawesi Selatan,
bagian selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan Donggala di provinsi Sulawesi
Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi Barat sangat kaya dengan
berbagai jenis bahan galian. Batubara terdapat di sekitar Enrekang, Makale, dan
Sungai Karama. Sulawesi Barat sebelah utara, terdapat tambang batubara dan
banyak jenis logam tersebar di berbagai pelosok Sulawesi. Tembaga dan nikel
terdapat di sekitar Danau-Danau Matano, Mahalona dan Towuti. Bijih besi bercampur
nikel, yang diduga berasal dari meteor, memungkinkan lahirnya pandai besi di
lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di hulu Sungai Kalaena (Luwu Utara) dan
di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur).
Berikut skema terbentuknya Pulau Sulawesi :
1.
EOSEN (65-40 juta tahun yang lalu)
Proses pembentukan pulau Sulawesi yang
unik telah melalui proses yang juga unik yaitu hasil akhir dari sebuah kejadian
apungan benua yang diawali 65 juta tahun lalu. Saat itu ada 2 daratan yaitu
cikal bakal kaki Sulawesi Tenggara dan Timur, dan cikal bakal kaki Sulawesi
Selatan, Barat dan Utara. Kedua apungan daratan itu terbawa bergerak ke barat
menuju Borneo (sekarang bernama Kalimantan). Proses tumbukan akibat apungan
lempeng benua itu menyebabkan kedua daratan itu mulai terkumpul menjadi satu
daratan baru.
2. MIOSEN
(40-20 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini pergerakan lempeng kearah barat disertai dengan persesaran yang
menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian tengah
ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau pergeseran, sebuah proses yang
lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi di kedua ujung atas dan bawahnya
(daratan utara dan selatan). Proses tektonik berlangsung kuat di daerah
yang tertekuk itu sehingga menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis
batuan yang berasal dari lingkungan pengendapan yang berbeda.
2.
PLIOSEN (15-6 juta tahun yang lalu)
Hingga zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu terus berlangsung, bahkan
apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan Kalimantan
lalu berhenti di sana. Persesaran yang telah mulai sejak zaman Miosen masih
terus berlangsung, bahkan berdampak apada pemisahan kelompok batuan dari
kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok batuan sekitar danau Matano. kedua
kelompok batuan ini meski lokasinya berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi
batuan yang berbeda.
3.
PLITOSEN (4-2 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini mulai berlangsung fenomena baru, yaitu proses pemekaran
dasar samudra di laut antara Kalimantan dan Sulawesi (sekarang dikenal dengan
selat Makasar). Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal bakal atau pulau
Sulawesi purba. Dan pulau Sulawesi purba ini kembali bergerak ke timur menjauhi
Kalimantan. kecepatan gerakan apungan di atas lempeng benua adalah peristiwa
yang berlangsung perlahan namun konsisten dengan laju beberapa centimeter
pertahun. Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan
Kalimantan timur pada akhir Pliosen yang sementara itu menutup selat Makasar
dan baru membuka kembali dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti
yang menunjang pendapat ini. Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar
memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan
sekurang-kurangnya 25 Ma. Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut
sampai 100 meter akan menyebabkan munculnya daratan yang bersinambungan antara
Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Dengan demikian, suatu
pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di
sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi barat,
sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit. Sulawesi meliputi
tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh gerakan
kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang
dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan
Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang
Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula
(yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku). Pergerakan kerak
bumi pada lempeng Indo-Australia dan Pasifik yang mengarah ke utara bertemu
dengan pergerakan lempeng Eurasia yang cenderung ke arah selatan. meskipun pergerakan
kerak bumi sangat kecil, yaitu sekitar 5 hingga 7 sentimeter per tahun, namun
sangat berpengaruh terhadap aktivitas tektonik kerak bumi. Perubahan letak ini
nantinya bakal mengakibatkan struktur lempeng menjadi labil dan rapuh. Dari
sejarah geologi, daratan Sulawesi terbentuk akibat adanya aktivitas tektonik.
Dengan pengaruh pergerakan ketiga lempengan yang ada, membentuk struktur
geologi dan pulau-pulau yang begitu rumit dan beriringan. Dari sesar-sesar yang
ada, terdapat sesar aktif yang sewaktu-waktu bergerak. Aktifnya sesar ini
apabila dipicu pergerakan lempeng yang melepaskan energi relatif besar. Salah
satunya akan berakibat terjadinya gempa tektonik yang kemudian disusul tsunami.
B.
Karakteristik Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila
melihat busur-busur disekeliling Benua Asia, maka bagian convaxnya mengarah ke
Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang menghadap
ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering
disebut berpola terbalik atauinverted arc.
Pulau Sulawesi terletak pada zona peralihan antara Dangkalan Sunda dan
dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi
oleh Basin Sulawesi (5000-5500 m). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh
laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500-5000 m.
Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500 m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang
terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah
yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.
Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949)
sebagai berikut :
1.
Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai
ke Teluk Palu-Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari
Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara
geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini
sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.
2. Orogenese di bagian Sulawesi
Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan
sebagai berikut :
a. Jalur Timue disebut Zone Kolonodale
b. Jalur Tengah disebut Zone Poso
c. Jalur Barat disebut Zone Palu
Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung
dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili-Teluk Tomori.
Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis. Jalur Tengah atau
Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben
yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur. Dibagian Utara Zone ini terdapat
Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh
mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist yang
kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano-diorite,
crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya
banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk
Palu-Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar-Palopo. Dari Teluk
Mandar-Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan-Sulawesi. Daerah
jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan
selatan merupakan satuan sebagain Inner Arc.
3. Orogenese di bagian Sulawesi
Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu
(Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan
dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan
selatan dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone
Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur. Walaupun demikian
diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung selatan
(di Selatan Danau Tempe) banyak kesamaannya dengan Pulau Jawa dan Sumatera
sedangkan ujung selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago dan
Group Tukang Besi.
C. Geologi
Pulau Sulawesi
Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek,
karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen (Busur kepulauan Asia
timur dan sistem pegunungan sunda). Sehingga, hampir seluruhnya terdiri dari
pegunungan, sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di antara
pulau-pulau besar di Indonesia.
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan
Indo-Australia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang
menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur
kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa
bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya.
Secara rinci fisiografi sulawesi adalah sebagai berikut :
1. Lengan Utara
Sulawesi
Pada lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan
aspek geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah :
Ø Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi
dengan arah timur laut barat daya yang bersambung dengan penggungan sangihe
yang didirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan soputan.
Ø Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi
dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar
daratanya sekitar 35-110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km (antara teluk
dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan). Seksi ini dilintasi oleh
sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian
pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone
limboto.
Ø Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya
dari utara ke selatan dan terdapat depresi (lanjutan zone limboto di gorontalo)
yang sebagian besar di tutup oleh vulkan-vulkan muda, sedangkan antara lengan
utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya 100 km di
bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin
dangkal kea rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk
tomini tersebut terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian
tinggi berupa kepulauan togian.
2. Lengan
Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan
menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah :
Ø Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan
bagian tengah oleh tanah genting antara teluk poh dan teluk besama.
Ø Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan
Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur lenardari 20
km di timur sampai 80 km di utara Bungku.
Ø Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis
ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk
Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km.
3. Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa
tanah gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km.
Sedangkan lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
Ø Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek
yang di tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang
letaknya berada ntara teluk Palopo (Ujung utara teluk Bone) dengan Teluk Tolo.
Ø Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan
sediment peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan
Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang
dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan
membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai
kepulauan Manui.
Ø Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah
barat ke timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran
Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan dan
bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur.
4. Lengan
Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis
enggara-baratlauit dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara
dari garis timur laut-barat daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara
geologis bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang
lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lempeng selatan. Fisiografi
lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di antara Majene
yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan pegunungan
Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan teluk
Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan
ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan lengan ini
dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau
seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagian selatannya lengan ini
mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara.
Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian
diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan
oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan
pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke
utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar
terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai
Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah
baratnya menurun sampai palung Bone.
Sulawesi Tengah
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di
batasi oelh garis yang melalui Donggala-parigi-Lemore Teluk Tomini dari lengan
utara dan timur, garis dari Mojene-palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi
dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga
zona yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah
utara-selatan. Ketiga zona tersebut adalah :
1. Zona Palu, merupakan busur dalam
vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara dengan Sulawesi utara
dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.
2. Zona Poso, emrupakan palung antara
yang seperti Grnit dan endapan sediment pantai batuan metamosif dengan endapan
konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan metamotif.
3. Zona Kolondale, merupakan busur luar
dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan segimen yang terdiri dari
gamping dan batu api usia mesozaikum.
Berdasarkan geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh
batuan malihan dan afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur,
Benua mini banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur
Palezoikum-Mesozoikum. Sedangkan pada lengan selatan di dominasi oleh batuan
gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan
Miosen lebih muda yang membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan
sunda. Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari
aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh
batuan metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional
di lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri
atas batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis
merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu
tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan
Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng
Eurasia.
Proses Geologi Pembentukan Pulau Sulawesi
1. Zaman Paleozoikum
Pada periode Perm (280 Ma.) semua daratan menjadi satu benua yaitu benua
Pangea.
2. Zaman Mesozoikum
a. Pada periode Trias (250 Ma),
pecahnya Pangea menjadi dua yaitu Laurasia dan Gondwana. Laurasia meliputi
Amerika Utara, Eropa dan sebagian besar Asia sekarang. Sampai beberapa tahun
belakangan ini pandangan yang umum diterima dalam sejarah geologi adalah bahwa
Indonesia dan wilayah sekitar bagian barat (Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa,
Kalimantan dan bagian barat Sulawesi) merupakan bagian benua Laurasia, yang
belum lama berselang masih terpisahkan dari bagian timur ( bagian Timur
Sulawesi, Timor, Seram, Buru, dan seterusnya) yang merupakan bagian benua
Gondwana.
b. Pada Periode Jura (215 Ma.), Bagian
barat Sulawesi bersama sama dengan Sumatera, Kalimantan, dan daratan yang
kemudian akan menjadi kepulauan lengkung Banda dianggap terpisahkan dari antartika
dalam pertengahan zaman Jura, atau dengan kata lain, Bagian barat Indonesia
bersama dengan Tibet, Birma Thailand, Malaysia dan Sulawesi Barat, terpisah
dari benua Gondwana.