Tuesday, 10 March 2015

Indonesia 'Negara Paling Berisik' di Media Sosial



Indonesia meskipun baru memiliki sekitar 72 juta pengguna internet, namun suara penggunanya 'sangat berisik' dan sampai menggema ke seluruh dunia lewat jejaring media sosial.

Hal itu diakui Antonny Liem, CEO PT Merah Cipta Media yang membawahi sejumlah perusahaan konsultan komunikasi, startup incubator, dan berbagai perusahaan teknologi online di Indonesia.

Menurutnya, masyarakat kita sangat aktif bermedia sosial. Sebanyak 93% dari pengguna internet di Indonesia, aktif mengakses Facebook. Bahkan Jakarta tercatat sebagai pengguna Twitter terbanyak, hingga disebut sebagai ibukota media sosial berbasis teks 140 karakter tersebut.

“Jumlah mobile subscription yang aktif di Indonesia juga mencapai 282 jutaan. Di mana 74% di antaranya digunakan masyarakat kita untuk mengakses media sosial,” ungkap Antonny

Fenomena sosial ini memang didukung oleh kultur masyarakat Indonesia yang pada dasarnya senang berkumpul. “Masyarakat kita juga cenderung haus terhadap hal-hal baru,” ujarnya lebih lanjut.

Itu sebabnya, Antonny tak heran jika kemudian Jakarta terpilih menjadi tuan rumah Social Media Week karena memang Indonesia adalah pengguna internet yang luar biasa. Tingkat penetrasi penggunaan internet di negeri ini pun mencapai 29%.

“Ini adalah acara rutin tahunan yang diselenggarakan sejak 2009. Dan kali ini kita bisa berbangga karena Jakarta terpilih menjadi salah satu tuan rumah Social Media Week,” kata Antonny yang kebetulan juga ketua penyelenggara event ini.
Selain Jakarta, acara bertaraf internasional ini juga diselenggarakan secara berbarengan di enam kota dunia lainnya, yaitu New York, Milan, Hamburg, Copenhagen, Lagos, dan Bangalore.

Di Jakarta, Social Media Week sendiri mulai diselenggarakan di Pacific Place SCBD mulai 23 hingga 27 Februari 2015 ini. Di sepanjang 2015 ini, Social Media Week akan diadakan selama empat periode terpisah di 21 kota besar dunia.

Selama seminggu, para aktivis media sosial akan berpesta dengan kehadiran para bos-bos besar dari jejaring ternama seperti Twitter, Path, BuzzFeed, LinkedIn, Social Bakers, dan Kurio. Total ada 60 pembicara baik dari dalam maupun luar negeri.

Selain dua hari konferensi, ada lima Master Class untuk pelajaran praktis dari pakar industri dalam dan luar negeri, serta ada lebih dari 20 Workshop dan temu komunitas gratis dengan tema yang sangat menarik.

Acara yang baru pertama kali diadakan di Indonesia ini diharapkan dapat menjadi benchmark untuk acara sejenis di Asia Tenggara, dan juga menjadi ajang bagi Indonesia dan khususnya Jakarta untuk disejajarkan ke kota-kota metropolitan di seluruh dunia.

Pengunjung yang berpartisipasi baik secara langsung maupun melalui online diharapkan dapat berdiskusi, terinspirasi, dan berkreasi menggunakan teknologi dan media sosial untuk Indonesia yang lebih maju dan handal.

Sumber: http://inet.detik.com


Smartphone adalah Cermin Kemalasan?



Siapa yang bisa menampik kemampuan smartphone alias ponsel pintar. Ada banyak hal yang ditawarkan perangkat ini, mulai dari sekedar mengirim pesan hingga memberitahu jalan yang tepat menuju tujuan. Tapi siapa sangka jika smartphone kerap digunakan oleh para pemikir pemalas? 

Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Waterloo baru-baru ini mengindikasikan jika perangkat “komputer” ini adalah salah satu gambaran dari kemalasan. “Mereka mungkin mencari informasi yang sebenarnya mereka ketahui atau bisa dengan mudah dipelajari, tetapi tidak mau berusaha berpikir tentangnya,” ungkap co-author Gordon Pennycook.

Studi ini pada dasarnya membenarkan riset sebelumnya yang mengatakan jika manusia cenderung menghindari usaha terlalu keras ketika mencari solusi dari permasalahan. Pemikir intuitif cenderung lebih sering bergantung pada mesin pencari smartphone, daripada mereka yang berpikir secara analitis atau strategis. 

Dengan melibatkan 660 partisipan, peneliti di Waterloo mengacu beragam pengukuran kognitif, proses pemikiran analitis dan intuitif, serta kemampuan verbal dan ekspresi kuantitatif. Setelah mengumpulkan semua data tersebut, peneliti melihat kebiasaan penggunaan smartphone pada masing-masing partisipan. 

Mereka yang memiliki kemampuan kognitif lebih kuat dan pemikiran analitis cenderung lebih jarang menggunakan mesin pencari smartphone untuk membantu proses problem solving. Namun Gordon Pennycook mengungkapkan jika riset ini mengungkapkan hubungan antara penggunaan smartphone berat dengan penurunan kecerdasan. Apakah smartphone benar-benar menurunkan kecerdasan masih membutuhkan penelitian lanjutan. 

Hmm.. bagaimana dengan Anda, apakah Anda termasuk pengguna berat smartphone? Setujukah Anda dengan hasil studi ini?

Sumber: http://gadget.gopego.com

Aplikasi Ini Diperebutkan Microsoft, Apple, Google, dan Facebook



Microsoft tengah sibuk menyambar sejumlah startup untuk melangkapi portfolio aplikasi mobile-nya. Kabar terbaru yang berhembus, perusahaan yang didirikan Bill Gates ini siap membeli Prismatic, sebuah aplikasi yang merekomendasikan artikel berdasarkan minat pengguna.

Namun perusahaan yang berpusat di Redmond, Amerika Serikat ini tidak sendiri. Apple, Google, Facebook dan Yahoo turut menyatakan minatnya terhadap Prismatic. Sebuah sumber mangatakan, untuk memuluskan jalannya, Microsoft siap meminang aplikasi mobile tersebut dengan nilai yang cukup tinggi, yakni USD 30 juta.

Menurut Crunchbase yang dikutip  dari lamanTechcrunch, Prismatic mengalami pertumbuhan mencapai USD 15 juta dengan investor Accel Partners, Jim Breyer, Yuri Milner dan Javelin’s Alex Gurevich.


Prismatic lahir dua tahun lalu, dan pernah menjadi top 10 aplikasi di iPhone. Tahun lalu, memulai debutnya pada Android. Namun banyak yang menanyakan kenapa Microsoft mau membayar mahal aplikasi ini.

Padahal posisi aplikasi ini sendiri belum terlalu populer karena masih di peringkat 700-an dan baru di-download 10 ribu kali oleh pengguna Android di Play Store. Mungkin Microsoft melihat Prismatic dapat dikolaborasikan dengan Bing untuk menyajikan berita dengan tampilan lebih menarik.

Tapi apakah dengan nilai USD 30 juta tersebut mampu memikat hati Prismatic? Kita tunggu saja kelanjutannya, siapa yang berhasil meminang aplikasi ini.

Sumber: http://inet.detik.com

Microsoft Ingatkan Ancaman FREAK ATTACKS di Komputer Windows



Sebuah ancaman keamanan internet baru berjuluk Freak ramai dibicarakan beberapa hari ini. Freak mulanya diketahui hanya menyerang sistem security di handset mobile dan komputer Mac. Meski begitu bukan berarti pengguna PC Windows aman dari serangan Freak. Hal ini diungkap langsung oleh Microsoft, seperti dilaporkanReuters hari ini. 

Diumumkan oleh 9 ahli security pada Selasa lalu (3 Mar), Freak disebut sebagai serangan cyber yang memanfaatkan teknologi enkripsi internet sehingga memungkinkan perangkat Apple, termasuk iOS dan Mac devices, serta browser Android rentan menjadi sasaran Freak.

Terkait pengumuman tersebut, Microsoft bertindak cepat dengan menyebarkan peringatan bagi para pengguna PC Windows mengenai bahaya Freak attacks. Menurut Micorosft, sistem security PC Windows juga rentan diserang oleh Freak. Serangan Freak pada PC Windows bisa menyebabkan PC yang terkoneksi dengan web server dipaksa menggunakan teknologi enkripsi. Jika pihak hacker berhasil melakukan aksinya, mereka akan bisa memata-matai komunikasi di PC sekaligus memasukkan malware ke dalamnya.

Freak attack mulanya digunakan untuk menyerang web-web milik pemerintah AS. Situs pemerintah seperit whitehouse.gov serta fbi.gov bahkan pernah menjadi korban namun kini telah berhasil teratasi.

Meski sangat berbahaya namun aksi ini bukan hal yang mudah dilakukan. Menurut para ahli, hacker butuh waktu berjam-jam untuk bisa menerobos sistem security. Pertama, mereka harus mencari web server yang rentan diserang, membobol kuncinya, mencari PC atau perangkat mobile yang rentan diserang, dan akirnya bisa mendapatkan akses ke dalamnya.

Bagi perusahaan-perusahaan yang menggunakan sistem Windows, Microsoft mengatakan agar mereka mematikan setting di Windows server yang memungkinkan penggunakan enkripsi yang lebih lemah. Pihak Microsoft mengaku masih melakukan penyelidikan dan belum bisa memberikan update yang diharapkan secara otomatis bisa melindungi pengguna Windows PC dari Freak attacks.


Sumber: http://gadget.gopego.com

Pengamat Lebih Khawatirkan Android Dibanding BlackBerry



Sebelum era kepemimpinan John Chen, BlackBerry selalu menjadi sasaran tembak para analis. Mulai dari nilai harga saham yang terus merosot, jumlah handset yang semakin sedikit terjual, hingga turunnya jumlah pelanggan BIS. Kini setelah Chen memimpin BlackBerry, kritikan-kritikan tersebut telah banyak berkurang.

Sebaliknya, kritikan serupa justru mulai diarahkan ke Google sebagai pemilik platform sejuta umat Android. Salah satu analis teknologi dari Global Equities Research, Trip Chowdhry, bahkan mengungkap kekhawatirannya terhadap Android.
“Meskipun mereka menguasai pasar tetapi Android sebenarnya tengah ada dalam masalah sekarang ini.”
Komentar Chowdhry ini diungkap ketika ia turut menyaksikan perilisan handset baru BlackBerry Leap dan BlackBerry Slider di ajang Mobile World Congress 2015 di Barcelona pekan ini.
“Android itu seperti pusar di perut - setiap orang memilikinya, apakah Anda orang kaya, miskin, atau apapun. Sebuah segmen masyarakat… punya sebuah harapan untuk berbeda. Android tidak lagi bisa memberikan harapan itu.”
Dalam hal ini Chowdhry melihat konsumen telah cukup ‘lelah’ dengan wabah Android. Ia mencontohkan kenapa presiden Obama masih setia menggunakan ponsel BlackBerry sebagai pelengkap iPhone. Itu karena Obama masih membutuhkan fitur keamanan lebih yang tidak ia dapatkan di smartphone lain. Karenanya, Chowdhry melihat BlackBerry masih memiliki ceruk pasar yang sangat dalam tetapi membutuhkan strategi yang tepat untuk bisa mendapatkannya kembali.
“Soal keamanan, Android bukan pemainnya. Mereka tidak akan mendapatkan satupun konsumen karena mereka tidak memiliki privasi keamanan yang bisa dipercaya. Jalan yang tengah dilalui BlackBerry telah benar karena BlackBerry tidak akan menjadi pemain pusar. BlackBerry memiliki keahlian tersendiri dalam hal keamanan di layanan wireless mobile yang tidak bisa dilakukan pihak lain,” tutup Chowdhry.
Jadi, apakah memang benar pasar telah mulai jenuh dengan bombardir handset Android? Dan apakah itu artinya konsumen akan beralih ke BlackBerry yang menawarkan fitur security terbaik? Barangkali waktulah yang bakal membuktikannya.
Sumber: http://android.gopego.com


Powerbank Canggih ini Hanya Butuh Garam dan Air sebagai Sumber Tenaganya



Sebuah produk powerbank bernama MyFC JAQ dari Swedia mempunyai kemampuan yang sangat menarik. Powerbank ini didesain bisa mengisi baterai smartphone ataupun tablet dengan cara yang menarik. Powerbank ini pun tak perlu dicolokkan ke sumber listrik untuk mengisi baterai, namun hanya perlu diisi dengan air serta garam.

Powerbank MyFC JAQ ini memang didesain agar ramah terhadap lingkungan. Dan setiap cell dari powerbank ini mempunyai kapasitas baterai sebesar 2.400 mAh. Meskipun kapasitasnya memang tak begitu besar, namun MyFC JAQ ini cukup untuk dipakai melakukan pengisian terhadap ponsel dengan kapasitas baterai rata-rata.

Meski mempunyai pemakaian teknologi yang menarik, ada kelemahan yang dimiliki oleh powerbank tersebut. Kelemahannya adalah listrik yang tersimpan pada powerbank ini tak bisa bertahan dalam waktu lama. Daya listrik yang tersimpan pada powerbank ini hanya mampu bertahan paling lama satu atau dua jam.

Cell dari baterai ini pun merupakan bahan yang disposable dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Cell tersebut dibangun sepenuhnya menggunakan plastik yang bisa didaur ulang dan mempunyai sedikit metal. Selain itu, cell baterai ini juga tidak mudah terbakar, berbeda dengan cell hidrogen.

Powerbank ini sendiri belum dipasarkan secara resmi. Kemungkinan besar, starter pack powerbank ini akan dipasarkan dengan harga sebesar 75 USD dan berisikan JAQ, lima cell baterai serta kabel pengisian. Sementara itu untuk harga cell secara satuan adalah sebesar 1 USD.

Sumber: http://www.beritateknologi.com

CIA Habiskan Waktu Bertahun-tahun untuk Hack iPhone dan iPad



Selalu ada yang menarik ketika membicarakan agen rahasia AS, seperti CIA ataupun NSA. Yang terbaru, disebutkan bahwa CIA bahkan telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam upaya membobol sistem keamanan iPhone dan iPad, seperti diungkap oleh situs The Intercept.

“Dengan membidik kunci-kunci keamanan penting yang dipakai untuk mengenkripsi data yang tersimpan di perangkat buatan Aple, para peneliti berusaha merintangi usaha Apple untuk memberikan mobile security bagi ratusan juta konsumen Apple di seluruh dunia. Mempelajari teknik ‘fisik’ dan ‘non-invasive,’ para peneliti yang disponsori oleh pemerintah AS berusaha mencari cara untuk bisa membuka enkripsi dan akhirnya bisa masuk ke dalam firmware ter-enkripsi milik Apple. Hal ini memungkinkan mata-mata bisa menanamkan malicious code di dalam perangkat Apple dan mencari kerentanan di bagian lain iPhone dan iPad yang saat ini terlindungi oleh enkripsi.”

Masih menurut laporan The Intercept, para peneliti yang bekerja untuk CIA melaporkan taktik dan pencapaian mereka dalam sebuah rapat rahasia yang diadakan setiap tahun yang dinamai sebagai ‘Jamboree.’ Peserta rapat rahasia itu mendiskusikan strategi untuk memanfaatkan kelemahan security yang ada di perangkat rumah tangga dan komersial. Jamboree pertama bahkan telah dilakukan sebelum original iPhone dirilis tahun 2007 lalu.

Dalam usahanya, CIA menciptakan sebuah versi modifikasi dari Xcode yang bisa dipakai untuk menyelinap melalui backdoors iOS dan kemudian masuk ke aplikasi bawaan iOS. Seperti Anda tahu, Xcode dipakai oleh hampir semua developer yang memasukkan aplikasi ke App Store. Di sisi lain, Xcode versi modifikasi yang dipakai CIA diklaim mampu ‘memaksa seluruh aplikasi iOS mengirim embedded data ke sebuah listening post.

Tak hanya Xcode, peneliti CIA juga memodifikasi OS X updater yang dipakai untuk mengirimkan update software. Setelah dimodifkasi, updater ini mampu menginstall sebuah keylogger.

Temuan mengejutkan mengenai usaha CIA untuk membobol sistem kemanan Apple ini muncul ketika FBI memaksa Congress AS untuk meloloskan rancangan undang-undang yang membolehkan sebuah perusahaan memberikan akses bagi pemerintah ke data di perangkat buatan mereka melalui sebuah ‘back door.’ Di sisi lain, CEO Apple Tim Cook, tetap pada pendiriannya bahwa privasi konsumen adalah hal utama dan karenanya data mereka harus dienkripsi agar tidak ada pihak lain yang bisa mengaksesnya, bahkan pihak Apple sekalipun. Hal itu diucapkan Cook dalam White House Summit on Cybersecurity and Consumer Protection beberapa waktu lalu.

“Tidak satupun dari kita bisa menerima jika pemerintah atau sebuah perusahaan atau siapapun mengakses semua informasi pribadi kita. Ini adalah hak asasi manusia paling dasar. Kita semua punya hak privasi. Kita tidak boleh memberikannya pada orang lain. Kita tidak boleh memberikannya pada orang yang mengancam atau pada orang-orang yang pada dasarnya tidak mengerti detilnya.”

Mengenai adanya usaha CIA untuk membobol sistem security di iOS dan OS X, pihak Apple menolak memberikan komentar resmi.

Sumber: http://apple.gopego.com